Saturday, 23 May 2015

Konvoi menjelang Kelulusan : Suatu Ironi



 Kelulusan  adalah  sesuatu yang  dinanti-nanti  dengan harap-harap  cemas  baik oleh  guru terlebih  bagi para siswa.  Seperti  hal nya Ujian  Nasional di SMK/ SMA tahun ini, menjelang seminggu  pengumuman  kelulusan , para siswa   bertanya-tanya  apakah   kira-kira  bisa lulus atau tidak. Banyak yangmeminta doa dari para guru  , orangtua ataupun pihak sekolah supaya  bisa lulus dengan hasil yang memuaskan. Namun  ada sebagian siswa yang mungkin terlalu ‘ PD’ bahwa pasti akan lulus.Mereka merayakannya lebih awal dengan  mengendarai kendaraan bermotor beriringan (konvoi) dengan berbagai atribut  yang mewakili kegembiraan mereka  ‘ telah’ lulus ujian. Mereka  kurang memperhatikan keselamatan drii dengan kebut-kebutan  dan suara-suara yang  bising dari knalpot mereka. Hal ini  sangatlah memprihatinkan. Kalaupun  pada akhirnya   mereka  toh memang lulus juga, hal semacam itu tidaklah  patut untuk dialkukan.  Bagaimana    jika terjadi kecelakaan lalu llintas  disaat merasakan Euphoria kelulusan ...kegembiaraan akan berubah kesedihan manakala  nyawa menjadi taruhannya. Orang tua  yang  awalnya akan  gembira menerina kabar kelulusan para anaknya pastilah berubah  menjadi awan mendung kalau mendengar anaknya tinggal nama  atau luka-luka.
Pihak sekolah dan  orangtua  seyogya nya bekerja sama  dalam menuntun anak-anak didik dalam menanggapi  kelulusan.  Toh kelulusan hanyalah satu dari  banyak  noktah yang terjadi dalam kehiudupan kita.  Jalan masih  panjang terbentang di depan  yang  akan kita lalui.  Halangan atau ujian yang lebih berat  mungkin  harus  dihadapi di depan. Anak-anak calon  alumni  dari  SMK  seharusnya sudah ada ancang-ancang   jika mereka langsung terjun ke dunia kerja, mau dimana, mau “ngapain”. Begitupun anak-anak SMA,  harus sudah berfikir mau  diterus kan kemana setelah lulus, apa mau langsung berkerja atau ke KUA saja?
Memang  kalau kita lihat masa tenggang dari  pelaksanaan ujian  nasional  sampai  pengumuman  kelulusan cukup panjang.Seperti kita ketahui  bahwa  Penyelenggaraan Ujian nasional  dilaksanakan di minggu kedua bulan April  sedangkan kelulusan di bulan minggu kedua  bulan Mei , jadi ada sekitar satu bulan bagi para siswa untuk ‘ngangur’ dari segala aktivitas  belajar di sekolah.  Sungguh membanggakan  jika waktu yang cukup panjang tersebut  bisa digunakan untuk hal-hal yang positif,seperti ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan , berwirausaha kecil-kecilan  atau belajar magang  di perusahaan   ataupun  menyalurkan waktu senggang dnengan kegiatan olahraga. Namun apa yang sering  kita lihat sebagai orangtua atau guru? Anak-anak didik kita  hanya bermalas-malasan di rumah, nonton TV  atau beristirahat, Kalaupun  ke internet hanya menghabiskan waktu untuk facebook –an atau games on line. Yang lebih parah, kalau ada kegiatan   menjadi supporter salah satu  olahraga, penampilan sebagai anak sekolah sudah berubah  menjadi anak ‘punk’ , dengan rambut dicat berwarna warni dan pakaian ‘urakan’  yang membuat orang yang melihatnya miris.  Sebagai  seorang guru, penulis merasa prihatin sekali…ternyata pendidikan kita itu sudah gagal. Bagaimana  kita bisa bergembira  menyambut kelulusan anak-anak didik kita dikala melihat prilaku anak didik kita  tidak mencerminkan ‘ kesuksesan’ pendidikan dalam moral.  Untuk apa  lulus secara  tertulis jika  prilaku nya tidak ‘lulus’ juga. Oleh karena itu, peran orangtua , sekolah dan lingkungan dimana anak didik kita bergaul sangatlah berperan penting untuk ‘kelulusan’  yang sebenarnya  yakni  membentuk prilaku  yang  terpuji .  Seyogyanya lah pihak sekolah mengadakan  kegiatan  yang positif di sekolah misalnya  kegiatan untuk 2 mingguan supaya anak didik kita tidak terlalu lama ‘diam’ di rumah. Bisa berupa  kegiatan pelatihan  untuk berwirausaha, pelatihan  otomotif, atau pendalaman  materi  Komputer atau Bahasa Inggris  sebagai bekal jika  para lulusan  nanti  langsung  terjun ke dunia kerja.
Terakhir, untuk anak-anakku yang ‘pasti’ lulus  di pengumuman nanti, janganlah menanggapi kelulusan tersebut secara berlebihan …cukup bersyukur kepada Allah SWT, berteimakasih kepada kedua orangtua dan  para guru , bersilaturahmi ke sekolah. Itu lebih baik daripada  coret mencoret pakaian , kebut-kebutan atau konvoi keliling kota supaya semua warga tahu bahwa ‘aku lulus’. Masyarakat juga  lebih  jeli untuk menilai apakah ananda sudah ‘lulus’ atau hanya  lulus  secara formal saja.  Mudah-mudahan  anak-anakku  lulus  semua! Amien.

No comments:

Post a Comment