Saturday, 23 May 2015

Evaluasi dalam Pembelajaran Bahasa Inggris berbasis KTSP: Suatu Refleksi Diri



 Evaluasi  dalam Pembelajaran Bahasa Inggris berbasis KTSP: Suatu Refleksi Diri

Penilaian  (evaluasi) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran selain dari perencanaan dan  pelaksanaan pembelajaran. .Dengan   penilaian, seorang guru bisa mengukur sejauh mana kompetensi siswa  dan menjadi feedback bagi guru untuk membuat ‘refleksi diri’ akan kekurangan atau  ‘kelebihan’ yang telah dicapai  dalam  pembelajaran. Dalam  kenyataannya, berdasarkan  pengalaman pribadi  dan  obrolan  dengan rekan sejawat, aspek evaluasi  seringkali  menjadi bagian yang  ‘sulit’ dalam hal  administrasi dan  definisi.
Dalam  KTSP,  berdasarkan  pedoman dari BSNP (2006), sistem  penilaian  berawal dari  ditentukan  nilai dari KKM (Kriteria ketuntatasan minimal). KKM  yang  ditentuan di awal  tahun pembelajaran menjadi prasyarat  bagi siswa untuk bisa lulus  atau tidak dari  mata pelajaran  yang diambilnya. Dalam pelaksanaan  selanjutnya, penilaian  dilaksanakan dengan memperhatikan seluruh aspek dari siswa bukan hanya kompetensi tetapi juga meliputi kehadiran, kerajinan dan sikap (perilaku).
Penulis  tertarik  untuk  mengetahui bagaimana  aspek penilaian ini dari  kacamata siswa.  Penelitian  kecil-kecilan dilaksanakan  dengan subjek penelitian  239 siswa  SMK  dari kelas  X,XI, dan XII.  Para siswa diberi angket  yang berupa  campuran antara ‘open ‘ dan close questionnaire, yang  mana mereka diberi pilihan jawaban ,juga ada  tempat bagi mereka  menuliskan  jawaban yang berbeda berdasarkan opini pribadi. Penulis  juga mewawancara beberapa siswa  untuk menambah validitas peneltian. Walaupun hasil penelitian ini tidak bisa digeneralisir untuk semua kondisi sekolah yang ada dan perlu penelitian yang lebih mendalam , ada beberapa  catatan yang ingin penulis  sharing dengan rekan-rekan  guru sebagai masukan  yang mungkin berguna bagi pembelajaran  kita semua khususnya dalam  bahasa Inggris. Ada kesamaan jawaban dari  para siswa di tingkat X,XI,dan XII (ranking  teratas dari jawaban siswa), dalam hal :
1.      Bahasa Inggris  dipandang  sebagai  pelajaran yang sulit
2.      Dari   keterampilan bahasa , yang paling sulit adalah menyimak, sedangkan yang paling mudah adalah membaca dan menulis.
3.      Penilaian yang sering dilakukan guru adalah tes tulis
4.      Untuk  menentukan kriteria kenaikan  kelas dilihat dari tugas harian , tes, kehadiran dan sikap
5.      Sebagian besar siswa tidak tahu apa nama kurikulum  yang  berlaku sekarang.
6.      Masalah yang paling dirasakan dalam pembelajaran adalah  strategi guru mengajar yang kurang  bervariasi (kurang menarik).
7.      Hasil kerja siswa atau  ulangan/tes kadang-kadang dikembalikan pada siswa.
8.      Faktor yang paling berpengaruh dalam kesuksesan  belajar para siswa adalah motivasi diri dan  guru.
Dari  hasil tersebut, sebagai guru bahasa Inggris, penulis  tertantang  untuk mengubah ‘image’ yang kental dari pelajaran bahasa Ingris sebagai pelajaran yang ‘sulit’ . Strategi pembelajaran  yang variatif dan menarik sangat didambakan siswa. Pembelajaran tidak harus dilaksanakan di dalam kelas tapi bisa di lapangan/di luar kelas untuk mengatasi kebosanan siswa. Bisa juga penggunaan media pembelajaran seperti gambar,realia ataupun penggunaan  teknologi informatika seperti  presentasi guru dengan menggunakan power point sangat membantu siswa untuk setidaknya ‘tertarik ‘ untuk belajar dengan adanya suara-suara  atau tampilan yang menarik. Dengan langkah-langkah tersebut, image  bahasa Inggris sebagai pelajaran yang ditakuti siswa mudah-nudahan berangsur hilang.
Lebih lanjut,dalam KTSP menuntut guru melakukan penilaian  berdasarkan tujuan pembelajaran  yang tercermin dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ingin dicapai. Yang kemudian direpresentasikan kedalam prilaku yang terukur dalam Indikator. Indikator-indikator iniah yang harus dikembangkan guru dengan  memperhatikan aspek kognitif , afektif dan prikomotor.   Aspek-aspek  ini dijabarkan  dalam apa yang dikenal taksonomi Bloom ( Suherdi; 2009) yang meliputi :
      Kognitif (Pengetahuan) :Mengingat data, Memahami, Aplikasi, Analisis (struktur atau elemen), Sintesis (menciptakan, membuat), Evaluasi
      Afektif  (Sikap):menerima (kesadaran), Merespon (mereaksi), Menghargai (menilai dan bertindak), Mengorganisir sistem nilai pribadi, Menginternalisasi sistem nilai (mengadopsi perilaku)
      Psikomotor (Keterampilan) :Menyalin, Memanipulasi (mengikuti perintah), Mengembangkan keakuratan, Artikulasi (menggabung, mengintegrasikan keterampilan terkait), Naturalisasi (otomatisasi, menjadi ahli)
Penilaian yang menyeluruh dari ketiga aspek sangatlah dianjurkan dalam KTSP. Yang  dilakukan guru biasanya mengukur kompetensi  hanya pada  tingkatan terendah , misalnya untuk aspek kognitif , biasanya pada tingkatan  mengingat dan memahami data, jarang sekali pada tingkatan aplikasi atau menganalisis. Teknik penilaian seyogya nya lah bervariasi   bukan hanya memfokuskan pada tes tulis, tapi juga  tes lisan, tes kinerja/performa , observasi, penugasan,proyek,  portofolio dll. Gurulah yang berperan sentral untuk mengembangangkan instrument  penilaian yang mencakup semua aspek tadi.  Memang hal tersebut mudah untuk dikatakan, sulit  untuk dilakukan. Namun dengan nawaitu untuk memperbaiki kualitas  pembelajaran, hal itu bukanlah jadi kendala.
Untuk masalah  hasil kerja siswa, terlihat jelas keinginan dari para siswa untuk melihat kembali hasil pekerjaan nya setelah dinilai oleh gurunya. Oleh karena itu, ajakan sekaligus peringatan bagi penulis khususnya, untuk mengembalikan segala sesuatu baik produk maupun kertas-kertas hasil ulangan  kepada siswa setelah dilakukan penilaian. Adapun produk yang biasanya dianggap terbaik, dan dipajangkan di dalam kelas atau di depan publik di sekolah  akan  menjadi suatu kebanggaan bagi siswa dan hal  ini menumbuhkan rasa apresiasi siswa akan hasil kinerja nya.
Sebagai masukan untuk  sekolah atau pembuat kebijakan , sosialiasi KTSP diperlukan bukan hanya  untuk guru saja, tetapi  perlu juga  untuk para siswa walaupun tidak secara mendetil, setidaknya mereka bisa kenal namanya, seperti pepatah bilang tak kenal maka tak sayang.

No comments:

Post a Comment