Evaluasi dalam Pembelajaran Bahasa Inggris berbasis KTSP: Suatu Refleksi Diri
Penilaian (evaluasi) merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran selain dari perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. .Dengan penilaian, seorang guru bisa mengukur sejauh
mana kompetensi siswa dan menjadi
feedback bagi guru untuk membuat ‘refleksi diri’ akan kekurangan atau ‘kelebihan’ yang telah dicapai dalam
pembelajaran. Dalam kenyataannya,
berdasarkan pengalaman pribadi dan
obrolan dengan rekan sejawat,
aspek evaluasi seringkali menjadi bagian yang ‘sulit’ dalam hal administrasi dan definisi.
Dalam KTSP, berdasarkan
pedoman dari BSNP (2006), sistem
penilaian berawal dari ditentukan
nilai dari KKM (Kriteria ketuntatasan minimal). KKM yang
ditentuan di awal tahun
pembelajaran menjadi prasyarat bagi
siswa untuk bisa lulus atau tidak
dari mata pelajaran yang diambilnya. Dalam pelaksanaan selanjutnya, penilaian dilaksanakan dengan memperhatikan seluruh
aspek dari siswa bukan hanya kompetensi tetapi juga meliputi kehadiran,
kerajinan dan sikap (perilaku).
Penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana aspek penilaian ini dari kacamata siswa. Penelitian
kecil-kecilan dilaksanakan dengan
subjek penelitian 239 siswa SMK
dari kelas X,XI, dan XII. Para siswa diberi angket yang berupa
campuran antara ‘open ‘ dan close questionnaire, yang mana mereka diberi pilihan jawaban ,juga
ada tempat bagi mereka menuliskan
jawaban yang berbeda berdasarkan opini pribadi. Penulis juga mewawancara beberapa siswa untuk menambah validitas peneltian. Walaupun
hasil penelitian ini tidak bisa digeneralisir untuk semua kondisi sekolah yang
ada dan perlu penelitian yang lebih mendalam , ada beberapa catatan yang ingin penulis sharing dengan rekan-rekan guru sebagai masukan yang mungkin berguna bagi pembelajaran kita semua khususnya dalam bahasa Inggris. Ada kesamaan jawaban dari para siswa di tingkat X,XI,dan XII (ranking teratas dari jawaban siswa), dalam hal :
1.
Bahasa
Inggris dipandang sebagai
pelajaran yang sulit
2.
Dari keterampilan bahasa , yang paling sulit
adalah menyimak, sedangkan yang paling mudah adalah membaca dan menulis.
3.
Penilaian
yang sering dilakukan guru adalah tes tulis
4.
Untuk menentukan kriteria kenaikan kelas dilihat dari tugas harian , tes,
kehadiran dan sikap
5.
Sebagian
besar siswa tidak tahu apa nama kurikulum
yang berlaku sekarang.
6.
Masalah
yang paling dirasakan dalam pembelajaran adalah
strategi guru mengajar yang kurang
bervariasi (kurang menarik).
7.
Hasil
kerja siswa atau ulangan/tes kadang-kadang dikembalikan pada siswa.
8.
Faktor
yang paling berpengaruh dalam kesuksesan
belajar para siswa adalah motivasi diri dan guru.
Dari hasil
tersebut, sebagai guru bahasa Inggris, penulis
tertantang untuk mengubah ‘image’
yang kental dari pelajaran bahasa Ingris sebagai pelajaran yang ‘sulit’ .
Strategi pembelajaran yang variatif dan
menarik sangat didambakan siswa. Pembelajaran tidak harus dilaksanakan di dalam
kelas tapi bisa di lapangan/di luar kelas untuk mengatasi kebosanan siswa. Bisa
juga penggunaan media pembelajaran seperti gambar,realia ataupun
penggunaan teknologi informatika
seperti presentasi guru dengan
menggunakan power point sangat membantu siswa untuk setidaknya ‘tertarik ‘
untuk belajar dengan adanya suara-suara
atau tampilan yang menarik. Dengan langkah-langkah tersebut, image bahasa Inggris sebagai pelajaran yang
ditakuti siswa mudah-nudahan berangsur hilang.
Lebih lanjut,dalam KTSP menuntut guru melakukan
penilaian berdasarkan tujuan
pembelajaran yang tercermin dalam
Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ingin dicapai. Yang kemudian direpresentasikan kedalam prilaku yang
terukur dalam Indikator. Indikator-indikator iniah yang harus dikembangkan guru
dengan memperhatikan aspek kognitif ,
afektif dan prikomotor.
Aspek-aspek ini dijabarkan dalam apa yang dikenal taksonomi Bloom (
Suherdi; 2009) yang meliputi :
•
Kognitif (Pengetahuan)
:Mengingat data, Memahami,
Aplikasi, Analisis (struktur atau elemen), Sintesis (menciptakan, membuat),
Evaluasi
•
Afektif
(Sikap):menerima
(kesadaran), Merespon (mereaksi), Menghargai (menilai dan bertindak),
Mengorganisir sistem nilai pribadi, Menginternalisasi
sistem nilai (mengadopsi perilaku)
•
Psikomotor (Keterampilan)
:Menyalin, Memanipulasi
(mengikuti perintah), Mengembangkan keakuratan, Artikulasi (menggabung, mengintegrasikan keterampilan
terkait), Naturalisasi (otomatisasi, menjadi ahli)
Penilaian yang menyeluruh dari ketiga aspek sangatlah
dianjurkan dalam KTSP. Yang dilakukan
guru biasanya mengukur kompetensi hanya
pada tingkatan terendah , misalnya untuk
aspek kognitif , biasanya pada tingkatan
mengingat dan memahami data, jarang sekali pada tingkatan aplikasi atau
menganalisis. Teknik penilaian seyogya nya lah bervariasi bukan hanya memfokuskan pada tes tulis, tapi
juga tes lisan, tes kinerja/performa ,
observasi, penugasan,proyek, portofolio
dll. Gurulah yang berperan sentral untuk mengembangangkan instrument penilaian yang mencakup semua aspek
tadi. Memang hal tersebut mudah untuk
dikatakan, sulit untuk dilakukan. Namun
dengan nawaitu untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran, hal itu bukanlah jadi kendala.
Untuk masalah
hasil kerja siswa, terlihat jelas keinginan dari para siswa untuk
melihat kembali hasil pekerjaan nya setelah dinilai oleh gurunya. Oleh karena
itu, ajakan sekaligus peringatan bagi penulis khususnya, untuk mengembalikan
segala sesuatu baik produk maupun kertas-kertas hasil ulangan kepada siswa setelah dilakukan penilaian.
Adapun produk yang biasanya dianggap terbaik, dan dipajangkan di dalam kelas
atau di depan publik di sekolah
akan menjadi suatu kebanggaan
bagi siswa dan hal ini menumbuhkan rasa
apresiasi siswa akan hasil kinerja nya.
Sebagai masukan untuk
sekolah atau pembuat kebijakan , sosialiasi KTSP diperlukan bukan
hanya untuk guru saja, tetapi perlu juga
untuk para siswa walaupun tidak secara mendetil, setidaknya mereka bisa
kenal namanya, seperti pepatah bilang tak
kenal maka tak sayang.
No comments:
Post a Comment