Bahasa Inggris merupakan bahasa asing pertama yang harus diajarkan mulai dari
tingkatan sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Peran penting Bahasa
Inggris sebagai alat komunikasi internasional tidak diragukan lagi. Bahasa
Inggris pun termasuk yang diujikan dalam Ujian Nasional tingkat SMP dan SMA atau yang sederajat.
Namun bertahun-tahun bahasa Inggris diajarkan, sebagian besar
siswa mengaku tidak ‘bisa-bisa’ menguasai
pelajaran yang satu ini. Gampang lupa dan susah mengingat apa yang
telah diajarkan mungkin merupakan
fenomena yang umum. Apalagi jika berurusan
dengan grammar atau tenses.
Jadi apa atau siapa yang salah? Siswa-kah atau Guru kah? Atau kebijakan
pemerintah termasuk didalamnya Kurikulum
yang diberlakukan?
Jawabannya bisa diperoleh melalui penelitian yang
mendalam akan hal ini, paling tidak
penelitian sekelas action research ( penelitian tindakan kelas ) bisa dilakukan
sebagai refleksi diri dari situasi tertentu dari masing-masing guru. Bisa jadi di suatu institusi , masalah
terbesarnya adalah input ( siswa) dengan karakteristik yang
beragam,sedangkan di sekolah lain , masalahnya adalah
strategi para guru yang monoton sehingga siswa tidah ada ‘gairah’ untuk
belajar Bahasa Inggris, atau ketiadaan sarana prasarana yang menunjang pembelajaran sehingga pembelajaran bahasa Inggris dianggap ‘gagal’.
Jadi antara satu sekolah dengan sekolah lain
alasanya bisa berbeda-beda.
Sebagai seorang guru, fokus
perhatian kita adalah diri kita sendiri. Tidak ada gunanya mencari-cari
kesalahan orang lain , atau menumpahkan
kesalahan pada peserta didik. Gurulah
yang bisa ‘membentuk’, ‘menciptakan ‘ seperti apa para siswa itu melalui
proses pembelajaran. Bisa lebih baik
dari sebelum mereka belajar atau lebih parah.
Mereka bisa ‘seneng’ terhadap
pelajaran bahasa Inggris dan termotivasi
untuk belajar lagi atau mungkin malah lebih ‘takut’ untuk
belajar lebih dalam.
Inovasi adalah kata kunci yang harus dipegang oleh seorang guru yang kreatif.
Bagaimana caranya seorang guru bisa menggunakan apa yag ada dengan segala keterbatasnnya untuk membuat siswa termotivasi untuk
belajar. Termotivasi bukan hanya di kelas saja, namun juga ketiga
mereka ada di rumah atau di lingkungan pergaulannya. Bagaimana mendorong mereka
untuk ‘learning to learn’ dimanapun
mereka berada.
Salah satu cara yang telah
dilakukan dan terbukti efektif memotivasi siswa di
salah satu sekolah yang penulis
ajarkan adalah melalui kegiatan
berkelompok di luar kelas. Tema
yang diusung adalah language
component yaitu part of speech (jenis kata)
sedangkan language skillnya adalah writing
(menulis). Sebelumnya para siswa diberi
penjelasan dan exposure
(contoh-contoh) tentang
pengertian 3 jenis kata yaitu kata benda (Noun), kata sifat (adjective)
dan kata kerja (Verb). Prosedurnya
adalah sebagai berikut: siswa membuat
sebuah kelompok kecil. Tiap-tiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa yang ditugaskan untuk
keluar ruangan kelas, tidak ada
yang boleh di dalam kelas. Tugas mereka adalah
melihat-lihat sekeliling dan menuliskan
masing-masing 10 kata dengan 3
jenis yang berbeda yaitu Kata benda, kata sifat dan kata kerja. Dari ketiga
jenis itu harus memiliki kaitan atau
hubungan. Misalnya ketika mereka melihat
ada tanaman atau bunga, mereka akan
menuliskan ‘flower’ (Noun) atau ‘plant (Noun).
Nah berarti sudah ada 2 kata
benda. Kemudian mereka akan berfikir kata sifat apa yang berhubungan dengan
flower’ (Noun) atau ‘plant (Noun), bisa diantaranya high (tinggi), beautiful (Indah), green
(hijau),dsb. Setelah itu mereka berlanjut
kepada kata kerja apa yang sesuai atau berhubungan dengan kata benda
tadi. Mereka bisa memilih ‘ plant’
(menanam). Water (menyirami), atau smell
(berbau) dsb. Terakhir , mereka harus
membuat kalimat sederhana. Tidak usah banyak karena sebagian besar siswa mengalami
kesulitan dalam membuat kalimat. Mereka harus
membuat 4 kalimat yang mengandung kata-kata tadi, misalnya the flower smells good. Kegiatan ini
berlangsung hampir 2 jam pelajaran dan
siswa bisa menyelesaikan tugas
mereka dengan baik. Peran guru dalam hal
ini adalah motivator, fasilitator dan observer
kegiatan. Penilaian oleh guru difokuskan bukan hanya pada betul tidaknya jawaban mereka tetapi lebih kepada kerjasama team, kekompakan, dan
kreatifitas mereka dalam mengamati lingkungan sekitar sekolah. Dari hasil kerja
sering ditemukan hal-hal yang unik atau nama-nama benda yang tidak terfikirkan sebelumnya. Kegiatan ini bermanfaat untuk meningkatkan
kreatifitas siswa dan semangat
bekerja dalam team, yang tentunya secara
tidak langsung mendorong semangat mereka untuk belajar bahasa Inggris.
Untuk umpan balik kegiatan tersebut, setelah membahas
hasil kerja kelompok, guru
menugaskan untuk membuat tugas individu dengan tema yang sama dengan setting di rumah masing-masing. Kegiatan selanjutnya adalah siswa ditugaskan untuk mencari gambar benda dari Koran, majalah atau internet dan
menuliskan karakteristiknya ( kata
sifatnya).
Hal yang membanggakan ketika siswa nampak aktif terlibat dalam
kegiatan ini. Selain mendapat ‘penyegaran’ untuk belajar di luar ruangan, dengan
udara yang lebih segar, mereka juga bisa memperluas wawasannya dengan mengamati objek sekitar. Juga berlatih bagaimana bekerja dalam suatu team dengan diberi target
.
Mungkin hasil nya akan beragam ketika diterapkan di
sekolah yang berbeda. Namun yang perlu
diingat, ‘sekecil’ apapun hasil
para siswa kita, hargailah jerih payah mereka dengan memberi skor yang
memuaskan. Hal inilah yang membuat mereka lebih bersemangat untuk mengerjakan tugas-tugas selanjutnya yang diberikan guru.
No comments:
Post a Comment