DEMONSTRASI KONSEPTUAL MODUL 3.1
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERDASARKAN
NILAI-NILAI KEBAJIKAN
I.
Pendahuluan
Pada
tugas CGP Angkatan 10 kali ini, saya ditugaskan untuk mewawancarai 2-3 pimpinan
(kepala sekolah) di lingkungan saya (salah satunya adalah pimpinan di sekolah
saya sendiri). Hasil wawancara ini adalah untuk mendapatkan sebuah wacana
tentang praktik pengambilan keputusan yang selama ini dijalankan, terutama
untuk kasus-kasus yang di mana nilai-nilai kebajikan saling bersinggungan, atau
untuk kasus-kasus dilema etika yang sama-sama benar. Setelah wawancara, saya ditugaskan
untuk membuat analisis dan refleksi berdasarkan Daftar Tugas /Checklist hasil
wawancara.
Adapun
responden yang saya wawancarai ada 3 orang yakni :
1. Dr.
Hj Nenden Surtini, S.Pd, M.M.Pd, Kepala SMPN 1 Cangkuang, Kec Cangkuang, tempat
saya bekerja.
2. Dadang
Sumpena, S.Pd, Kepala SMPN 1 Pameungpeuk, Kec Pameungpeuk.
3. Hj.
Ii Nana Atopani, S,Pd, Kepala SDN Sukamaju 01, Kp Ragamukti Desa Sukamaju Kec Cimaung.
II.
Hasil
Wawancara dengan Responden
A. Responden
1 (Dr.
Hj Nenden Surtini, S.Pd, M.M.Pd)
Pelaksanaan
wawancara : Selasa, 6 Agustus 2024 Pukul
10.15 sampai selesai, bertempat di Ruang
Lobbi SMPN 1 Cangkuang.
Isi Wawancara :
Pertanyaan Wawancara dan Responnya
- Selama ini, bagaimana Anda
dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau
bujukan moral?
Selama saya menjabat sejak tahun
2022, ada beberapa kasus yang muncul baik merupakan dilema etika maupun bujukan
moral. Jadi yang saya pahami, bujukan moral itu jika nilai benar vs salah,
kalau dilema etika jika benar vs benar. Sebagian besar adalah dilema etika. Namun Alhamdulillah semua bisa
tertangani dengan baik, tanpa ekses yang lebih buruk.
Kasus yang muncul antara lain
adalah anak yang jarang masuk sekolah dan sudah di home visit oleh wali kelas,
sudah dipanggil ke sekolah, orang tua kurang respon, ada perbaikan namun tetap
kehadiran dalam pembelajaran tidak optimal. Masuknya pas ujian saja (PSAS atau
PSAJ). Akhirnya kita naikkan ke kelas selanjutnya, karena SMP itu satu fase, namun dengan perjanjian
dan treatmen serta tindak lanjut dari wali kelas , guru-guru dan kerjasama
dengan orang tua untuk kemajuan/perbaikan anak tersebut.
Selain itu, ada anak yang hamil
pas di kelas 9, padahal sebentar lagi lulus. Hal ini diakibatkan kurangnya
perhatian keluarga, keluarga broken home atau keluarga pisah/cerai. Kita dihadapkan
dengan dilema apakah anak putus sekolah karena sedang mengandung atau
melanjutkan sekolah sampai lulus yang tinggal beberapa bulan lagi.
Alhamdulillah bisa teratasi. Anak tersebut bisa lulus SMP, dan ujian /belajar
secara daring. Jadi disini dilema antara rasa keadilan VS kasihan.
Mungkin itu sekelumit kasus
dilema etika yang bisa saya sampaikan. Untuk bujukan moral jarang terjadi,
pernah terjadi namun di luar sekolah, misalnya penyerangan/tawuran anak-anak
yang melibatkan anak-anak SMP, penjualan obat terlarang dari orang luar. Dan
itu sudah diselesaikan dengan pihak
terkait.
·
Selama
ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama
untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau
sama-sama mengandung nilai kebajikan?
Pengambilan
keputusan didasarkan pada nilai-nilai kebajikan yang saya yakini dan keyakinan
agama saya, nilai-nilai kemanusiaan
dan tanggung jawab setelah
pengambilan keputusan. Sebelum mengambil keputusan, saya mengidentifikasi dulu
masalahnya apa dan mencari solusi dengan urun rembug dengan para PKS atau guru2
yang terkait.
- Langkah-langkah atau
prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?
Yang pertama saya lakukan adalah
dengan mengidentifikasi permasalahan yang ada ,sumber nya dari mana, apakah
fakta atau hoax semata, kemudian saya mengenali nilai apa yang bertentangan
dalam situasi ini, setelah itu saya menentukan siapa yang terlibat, dalam hal
ini sering kali saya melibatkan guru, WK dan Para PKS untuk mengumpulkan fakta,
selain itu diidentifikasi akibat yang mungkin timbul ke depan, kemudian saya akan melakukan pengujian benar
salah, melaksanakan tiga prinsip resolusi, mencari kemungkinan penyelesaian
atau opsi selanjutnya, barulah saya akan membuat keputusan kemudian
direfleksikan kembali.
- Hal-hal apa saja yang selama
ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus
dilema etika?
Ketika kita berhadapan dengan
dilema etika hal yang cukup efektf dalam pengambilan keputusan pada kasus
dilemma etika adalah menggunakan 3 prinsip resolusi yaitu berpikir berbasis
hasil akhir, berorientasi pada aturan yang benar, dan mengutamakan rasa peduli.
Kemudian juga memperhatikan dampak jangka panjang juga merupakan hal yang
efektif. Dalam pembuatan keputusan ini, saya meminta urun rembug, sambung saran
baik dari PKS, guru maupun BK
- Hal-hal apa saja yang selama
ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus
dilema etika?
Pada kasus-kasus dilema etika
seringkali saya sulit untuk membuat keputusan yang bisa menyenangkan semua
pihak. Tantangannya karena semua hal
adalah benar. Jadi bingung. Namun saya kembalikan lagi pada nilai nilai yang
saya pegang teguh dan aturan yang berlaku serta tidak lupa kepedulian terhadap
sesama dan keberpihakan pada murid juga harus saya pertimbangkan.
- Apakah Anda memiliki sebuah
tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema
etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah
jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda
jalankan?
Tergantung kasus yang terjadi.
Jika kasusnya dadakan dan harus segera
ditangani, ya saya tangani segera, supaya tidak melebar lagi masalahnya. Jika
masalahnya penanganan waktu yang lebih
lama, saya biasanya membuat rencana atau jadwal dalam penanganannya. Prosedurnya
jika kasusnya bisa diselesaikan oleh guru/WK, diselesaikan oleh mereka dengan
tembusan ke BK atau wakasek kesiswaan. Jika tingkatan kasus nya parah, perlu
kerjasama guru, WK, kesiswaan dan BK dengan monitoring kepala sekolah.
- Adakah seseorang atau
faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam
pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?
Dalam pelaksanaan tugas saya
sebagai kepala sekolah, saya dibantu oleh para wakil kepala sekolah bidang
kurikulum, bidang kesiswaan, bidang
sarana dan prasarana dan juga bidan kehumasan.
Selain itu ada dewan guru, sekaligus Wali kelas dan BK yang sama-sama
menangani permasalahan anak. Jadi saya tidak terlalu cape sendiri. Semua pihak berkolaborasi bersama-sama ,
berkoordinasi dan konfirmasi pada saya
sebagai laporan.
- Dari semua hal yang telah
disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda
mengambil keputusan dilema etika?
Pengambilan
keputusan terutama pada kasus dilema etika itu sangat sulit namun dengan
bersandar pada Nilai- nilai kebajikan ,aturan yang berlaku, prinsip pengambilan keputusan, paradigma
berpikir dan langkah langkah pengambilan keputusan, mempermudah dalam membuat
keputusan yang bertanggung jawab, dengan melibatkan musyawarah dan urun rembug semua pihak yang
terkait.
B. Responden 2
(Dadang Sumpena, S.Pd)
Pelaksanaan
wawancara : Rabu, 7 Agustus 2024 pukul 18.15 sampai selesai, bertempat di rumah
kediaman Bapak Kepala Sekolah.
Isi Wawancara :
Pertanyaan Wawancara dan Responnya
- Selama ini, bagaimana Anda
dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau
bujukan moral?
Masalah yang timbul banyak,
terserah kita meresponnya. Rata-rata masalah yang muncul berhubungan dengan
konflik di keluarga, di lingkungan
pertemanan dll. Biasanya masalah
lebih berhubungan dengan dilema etika. Misalnya anak yang sering melakukan
kenakalan atau jarang hadir, pas kenaikan
menjadi bermasalah di rapat dewan guru. Atau anak yang membantu orang tuanya
ikut bekerja, jadi dilema.
·
Selama
ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama
untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau
sama-sama mengandung nilai kebajikan?
Dalam Pengambilan
keputusan, saya identifikasi dulu masalahnya bagaimana, kemudian saya carai
fakta-faktanya , barulah diputuskan solusinya dengan mendengar juga opini dari
guru-guru, para PKS, BK, orangtua, pokonnya pihak yang terkait dengan masalah
tersebut. Pengambilan keputusan didasarkan pada nilai-nilai kebajikan , nilai agama
saya, norma hokum yang berlaku .
·
Langkah-langkah
atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?
Seperti yang saya katakana, saya
identifikasi masalah, kumpulkan informasi, mengkonfirmasi informasi apakah
benar salah, barulah cari solusi Untuk solusinya biasanya kita fikirkan efek ke
depannya, manfaat dan mudorotnya.
- Hal-hal apa saja yang selama
ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus
dilema etika?
Biasanya ada kolaborasi dari
berbagai pihak dalam menentukan keputusan. Memang saya yang memutuskan
keputusan akhir, namun dalam prosesnya
biasanya saya mengajak dialog, tukar pendapat bagaimana kalau begini,
bagaimana kalau begitu dengan mempertimbangkan nilai-nilai kabajikan,
kemanusiaan dan efek kedepannya.
·
Hal-hal
apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada
kasus-kasus dilema etika?
Pada kasus-kasus dilema etika,
tantangannya adalah sulit membuat keputusan yang dianggap terbaik untuk semua
pihak Tapi saya kembalikan pada nilai-nilai kebajikan, nilai-nilai Agama
dan aturan yang berlaku dalam pengambilan keputusan, dan tentunya itu hasil
kolaborasi semua pihak.
·
Apakah
Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian
kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki
sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang
Anda jalankan?
Tergantung situasi dan kondisi. Kita
lihat dulu jenis nya apakah harus segera
ditangani dan langsung dieksekusi ditempat atau perlu waktu dulu dan diberi
jadwal untuk penyelesaianya.
- Adakah seseorang atau
faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam
pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?
Dalam pelaksanaan tugas, saya bantu
banyak orang antara lain para wakil kepala sekolah, kepala lab, kepaa
perpustakaan, guru-guru dan tenaga kependidikan. Jadi saya rasa tidak terlalu focus
ke saya jika ada masalah. Jika di level guru sudah bias selesai, ya tidak usah
sampai ke saya. Mungkin ke saya hanya infomasi saja. Jadi intinya kolaborasi semua pihak.
·
Dari
semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari
pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?
Pembejaran
yang saya petik adalah dalam pengambilan keputusan jika sudah jadi dilemma perlu
pertimbangan dari berbagai sisi dan berbagai pihak. Kita tidak bisa memutuskan
menurut emosi kita, jadi harus dipikir masak-masak, dicari alternatif penyelesaian yang usahakan win win solution.
C. Responden
3 (Hj. Ii Nana Atopani, S.Pd)
Pelaksanaan
wawancara : Rabu, 7 Agustus 2024
pukul 17.00 sampai selesai, bertempat di
rumah kediaman Ibu Kepala Sekolah.
Isi Wawancara :
Pertanyaan Wawancara dan Responnya
- Selama ini, bagaimana Anda
dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau
bujukan moral?
Di sekolah saya yang baru 1 tahun
saya pimpin, saya lihat masalahnya lebih ke kurangnya pengetahuan atau
penerapan agama, etika, siswa-siswa telah berkenalan dengan pacaran, terus kasus-kasusnya lebih kepada “pelecehan”
seksual. Kalau di sekolah yang dulu, siswa-siswa nya masuk ke anak genk, grup
jalanan dll. Kalau saya simpulkan lebih pada dilemma etika untuk kasus-kasus
yang terjadi.
·
Selama
ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama
untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau
sama-sama mengandung nilai kebajikan?
Pertama-tama
jika ada kasus, saya cek dulu masalahnya, darimana dan bagaimana. Saya takutnya
hanya cerita bukan fakta yang sebearnya. Kemudian saya identifikasi dan
kelompokan, buat semacam “rangkuman “ dari masalah tersebut. Saya mita
keterangan yang terkait/terlibat. Barulah diambil keputusan setelah jelas
maslahnya bagaimana. Dalam Pengambilan keputusan, saya mendengar juga opini
dari guru-guru, orangtua, atau siswanya. Pengambilan keputusan didasarkan pada nilai-nilai kebajikan dan hukum
yang berlaku, nilai kemanusiaan juga.
·
Langkah-langkah
atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?
Jadi saya cek dulu sumber nya
dari mana, cerita saja atau fakta, saya kumpulkan informasi sebanar-benarnya,
barulah dicari alternative solusi yang terbaik dengan mempertimbangkan berbagai sisi dan kepentingan. Diusahakan
solusi tersebut tidak bertentangan dengan hokum yang berlaku, nilai kebajikan
dan kemausiaan.
- Hal-hal apa saja yang selama
ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus
dilema etika?
Dalam pengambilan keputusan, saya
tidak sendiri, tapi biasanya hasil
keputusan bersama antara dewan guru atau pihak yang terkait. Jadi ada kerjasama
semuanya.
·
Hal-hal
apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada
kasus-kasus dilema etika?
Pada kasus-kasus dilema etika seringkali
membuat dilemma mana yang harus dipilih. Namun saya kembalikan lagi pada nilai
nilai yang saya pegang teguh dan aturan yang berlaku.
·
Apakah
Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian
kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki
sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang
Anda jalankan?
Wah… itu lihat kasusnya
bagaimana. Apakah harus segera diselesaikan menit itu juga ataukah perlu waktu
atau perlu pertimbangan lainnya lagi. Jika segera, ya segera diselsaikan supaya
tidak tambah parah. Jika perlu waktu lama, ya kita buat jadwal nya.
- Adakah seseorang atau
faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam
pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?
Pertama saya pegang teguh
nilai-nilai kebajikan yang sesuai dengan Agama yang saya anut, kedua dukungan
dari semua pihak baik guru, orangtua atau pihak terkait, dan ketiganya ada
komunitas yang bisa saling berbagi ketika menemui kasus yang sama.
·
Dari
semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari
pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?
Pembelajaran
yang saya petik yakni pengambilan keputusan bukanlah perkara yang mudah, perlu
pertimbangan dari berbagai sisi dan penyelesaian masalah perlu dukungan dan
kerjasama semua pihak dalam membuat keputusan yang terbaik bagi semua.
III.
Analisis
dan Refleksi
Hal
yang menarik dari hasil wawancara ketiga pimpinan sekolah yang saya wawancarai
menunjukkan bahwa pengambilan keputusan bukanlah hal yang mudah, perlu berbagai
pertimbangan dan melihat dari berbagai segi untuk mendapatkan keputusan yang
terbaik bagi semua. Pengambilan keputusan juga memerlukan kerjasama semua
pihak, bukan keputusan pribadi dan mendasarkan pada nilai-nilai kebajikan dan hokum
yang berlaku.
Dari
hasil wawancara, yang mengganjal adalah
pertanyaan mengenai pengujian keputusan yang tidak mengikuti 9 langkah
pengujian. Yang mereka lakukan hakekatnya sama ke 9 pengujian namun tidak
secara sistematis.
Persamaan
dari jawaban ketiga pimpinan tersebut antara lain perlunya kolaborasi atau
kerjasama dari semua pihak dalam mengambil keputusan, kemudian ada komunikasi
terbuka dengan pihak terkait misalnya para guru, siswa, para PKS, Bk dan orang
tua sebelum membuat keputusan.
Perbedaan
dari ketiga pimpinan yang saya lihat adalah dari gaya memimpin, yang satu “merakyat”,yang
lainnya ada pendelegasian, dan demokratis terbatas. Hal ini terlihat dari
jawaban yang diberikan dan cerita
kepemimpinnannya.
Rencana
ke depan, ketiganya akan mempelajari lebih lanjut tentang 4 paradigma, 3
prinsip, dan 9 langkah pengujian dalam pengambilan keputusan dan mencoba
menerapkan dalam kasus-kasus dilemma etika yang terjadi.
Saya
akan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian dalam
pengambilan keputusan dan mengajak siswa-siswa untuk ikut serta dalam
pengambilan keputusan dan mendengarkan opini mereka. Saya akan berusaha membuat
keputusan yang mempertimbangakan berbagai sisi dan mendasarkan pada nilai-nilai kebajikan, nilai agama dan
norma hukum yang berlaku serta
bertanggung jawab atas keputusan tersebut.
Tugas
wawancara ini saya akan upload di blog saya, dan sudah memenuhi
persyaratan jumlah huruf, spasi, dan
aturan teknis lainya. Saya berusaha agar tulisan yang saya sampaikan, jelas
terbaca, mudah dipahami dan tidak ambigu (menimbulkan multi tafsir).