Sunday, 10 November 2019
LATE POST : TULISANKU KE FORUM GURU
Ironi Penerimaan Siswa Baru dan NEM
Masa Penerimaan siswa baru sudah berlalu baik di tingkat SMA atau SMP. Namun menyisakan beragam cerita. Yang dapat diterima di sekolah favorit atau sekolah negeri yang diinginkan, bersuka cita karena Nilai Ujian Nasional (NEM) nya melebihi passing grade. Di sisi lain, siswa yang kurang atau dibawah passing grade, kecewa karena tidak bisa diterima dan harus mencari sekolah lain. Ada yang yang menangis, ada yang ‘keukeuh’ ingin diterima dengan mencari ‘jalan lain’ selain NEM. Titip menitip, komersialisasi, kelebihan kuota seperti yang disampaikan sejumlah komunitas pendidikan seperti yang diberitakan (‘PR’, 5/7/2012) bukanlah cerita baru.
Dalam Peraturan Menteri no. 19/2007 tentang standar pengelolaan disebutkan bahwa penerimaan peserta didik sekolah/madrasah dilakukan a) secara obyektif, transparan, dan akuntabel sebagaimana tertuang dalam aturan sekolah/madrasah; b) tanpa diskriminasi atas dasar pertimbangan gender, agama, etnis, status sosial, kemampuan ekonomi bagi SD/MI, SMP/MTs penerima subsidi dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah; c) berdasar kriteria hasil ujian nasional bagi SMA/SMK, MA/MAK, dan kriteria tambahan bagi SMK/MAK; d) sesuai dengan daya tampung sekolah/madrasah. Lebih lanjut disebutkan bahwa Sekolah/Madrasah menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional mengenai proses penerimaan peserta didik.
Dengan demikian, memang Nilai Ujian Nasional (NEM) menjadi salah satu ukuran dalam penerimaan siswa baru terutama di sekolah-sekolah negeri, seperti yang disebutkan di bagian c, Permen 19/2007. Namun, dalam prakteknya, besar kecilnya NEM itu tidak menjadi ukuran kecerdasan siswa. Ada siswa yang rajin, pintar dan menjadi ranking di kelasnya, namun NEM nya biasa-biasa saja. Di sisi lain, ada siswa yang semua guru tahu bagaimana kemampuan nya sehari-hari di bawah rata-rata, ber’masalah’ selama proses pembelajaran, namun anehnya NEM nya besar, bahkan lebih besar dari yang pintar. Akibatnya, yang diterima di sekolah-sekolah negeri adalah yang nilai NEM nya tinggi ini. Sedangkan, si ‘pintar’ pasrah menerima nasib masuk sekolah swasta.
Sungguh lah tidak adil, jika Nilai NEM jadi satu-satunya tolok ukur. Tes penerimaan siswa baru yang didesain oleh guru-guru di sekolah, bisa menjadi alternatif. Seperti disebutkan sebelumnya, Sekolah/Madrasah bisa menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional mengenai proses penerimaan peserta didik. Dengan adanya tes buatan guru ini, diasumsikan bahwa guru lebih memahami kompetensi-kompetensi apa yang diharapkan, yang disesuaikan dengan visi misi sekolah masing-masing. Tentunya, tes inipun harus bisa diuji reliabitas dan validitasnya. Jadi, disatu sisi, dengan tes ini, menuntut guru untuk lebih kreatif dalam menyusun soal-soal yang mumpuni, di sisi lain, diharapkan bisa memberi keadilan bagi siswa-siswa yang memiliki kemampuan lebih tetapi NEM nya kecil. Tes ini akan menjadi ajang pembuktian bagaimana kemampuan mereka sebenarnya. Lebih baik lagi, kalau diadakan wawancara atau psikotes ataupun ‘unjuk kabisa’, untuk mendapatkan siswa-siswa yang terseleksi/terbaik. Jikalau hal ini dilakukan, penyaringan siswa akan lebih ketat, penyeleksian siswa lebih baik lagi sesuai kemampuan siswa itu sendiri. Memang perlu waktu dan biaya, namun tidak ada yang tidak mungkin untuk suatu perubahan yang esesnsial di bidang pendidikan. Semoga untuk kedepan, proses penerimaan siswa baru bisa lebih baik lagi, seperti yang diamanatkan Permen 19/2007, tidak menimbulkan banyak ekses dan berkeadilan.
Penulis:
TARYANAH
Guru di SMPN 1 Cangkuang dan SMK Merdeka Soreang
PTK BAB V
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran dan memberi solusi bagi permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Inggris melalui penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan dengan 3 siklus. Pengumpulan data dilakukan melalui 3 instrumen pengumpulan data yaitu observasi, angket dan tes pemahaman bacaan.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran Bahasa Inggris melalui penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS). Hal ini sejalan dengan hasil pengamatan dan angket yang menunjukkan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran dan partisipasi aktif mereka selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, ada peningkatan yang signifikan pada nilai hasil tes pemahaman bacaan teks deskriptif setelah dilaksanakan pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS).
Jadi rumusan masalah penelitian sudah terjawab dan hipotesis tindakan terbukti bahwa dengan penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS), kemampuan siswa dalam memahami teks tulis berbentuk teks deskriptif kelas VIII D SMPN 1 Cangkuang menjadi meningkat. Selain itu, pembelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) efektif untuk meningkatkan interaksi siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris Kelas VIII D SMPN 1 Cangkuan..
Namun demikian, hasil dari penelitian ini tidak bisa dijadikan generalisir untuk semua konteks, jadi hasil penelitian hanya berlaku pada siswa yang dijadikan sampel penelitian. Selain itu, dalam penelitian ini masih ditemukan keterbatasan baik dari segi waktu, teknik pelaksanaan daam pembelajaran maupun segi materinya.
5.2 Implikasi
Menurut siswa, pembelajaran Bahasa Inggris melalui penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dianggap pembelajaran yang menyenangkan, menarik dan motivatif. Oleh karena itu model pembelajaran Think Pair Share (TPS) ini bisa diterapkan oleh guru untuk menciptakan pembelajaran Bahasa Inggris yang menyenangkan, menarik dan partisipatif.
5.3 Saran
Dari hasil penelitian, penulis menyarankan beberapa rekomendasi bagi guru dan peneliti lainnya. Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) bisa diterapkan sebagai salah satu solusi untuk pengajaran kompetensi memahami teks tulis berbentuk teks deskriptif dalam Bahasa Inggris yang menarik dan menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi (1991). Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta
Arends, R. I. (2012). Learning to teach. Singapore: Mc Graw-Hill book Company
Arends, R. I. (1998). Learning to teach. Singapore: Mc Graw-Hill book Company
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: SK-KD SMP/MTs. Jakarta: BSNP.
Burden and Byrd (1999) Methods For Effective Teaching. Masachusetts : Allyn and Bacon
Cresswell, J. (2008). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Prentice Hall: Pearson Education Ltd.
Dian Ayu Natalia, 2015.“Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Pada Siswa Kelas XI IIS 4 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun pelajaran 2014/2015”. Skripsi.Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dimyati dan Mudjiono (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta
Hamalik,U (2008). Proses Belaiar Mengaiar. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Joyce and Wells, M.A.1987. College English. New York: Harcourt: Brace and World, Inc.
Kunandar .2009. Guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru.Jakarta: Rajawali Press.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University Press
Gerot dan Wignell (1995) Making Sense of Functional Grammar. Antipodean Educational Enterprise
Mulyasa, E. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nunan. D. (1998). Practical English Language Teaching. New York : McGraw-Hill
Norton, Lin. (2009). Action Research in Teaching and Learning. New York: Routledge
Nurhadi. (2004). Pembelajaran Konstekstual (Context Acing And Learning/CTL) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang:Universitas Negeri Malang.
Rapp, D.N., et. all. 2007. Higher – Order Comprehension Processes in Struggling Readers: A Perspective for Research and Intervention. Journal of Sientific Studies of Reading, 11(4): 289 – 312.
Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif.Surabya: Masmedia Buana Pustaka
Sudrajat, Akhmad. (2008). Cooperative Learning-teknik Jigsaw. http://akhmadsudrajat.wordpress.com.
Trianto. (2010). Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Surabaya: Kencana Prenada Media Group.
Trianto, A (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Usman, Mohammad Uzer (1993). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Wells, M.A.1987. College English. New York: Harcourt: Brace and World, Inc.
Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
LAMPIRAN
1. Silabus Penelitian
2. RPP Penelitian
3. Materi Ajar
4. Instrumen Tes dalam Penelitian
5. Sample Angket Siswa
6. Daftar Hadir Siswa
7. Daftar Hadir Seminar PTK
8. Foto-Foto Kegiatan
PTK KU BAB III
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Setting dan Subyek Peneliti
Desain penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang bertujuan untuk melihat bagaimana respon siswa dan kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris dengan penggunaan model pembelajaran think pair share.
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Cangkuang, pada kelas VIII D semester ganjil pada tahun pelajaran 2015/2016. SMPN 1 Cangkuang dijadikan tempat penelitian karena penulis merupakan salah satu staf pengajar di sekolah tersebut, maka akan memudahkan akses bagi penulis untuk meneliti, dan penelitian ini ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran Bahasa Inggris di tempat penulis bekerja.
Subyek penelitian ini hanya menggunakan satu lokal saja, yaitu kelas VIII D. Jumlah siswa seluruhnya 43 siswa terdiri dari 22 laki-laki dan 21 siswa perempuan. Penelitian berlangsung sekitar 3 bulan yaitu bulan September dan Nopember 2015.
3.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data diambil bersumber dari respon siswa dan pencapaian hasil belajar siswa berupa;
1. Hasil jawaban tes pemahaman bacaan
2. Hasil kinerja tes membaca nyaring
3. Respon siswa meliputi sikap, pendapat dan kesan mereka terhadap pembelajaran melalui angket siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengisian angket kepada siswa.
4. Catatan-catatan observasi kelas selama kegiatan penelitian berlangsung.
Aktivitas siswa yang diamati dalam penelitian ini sebagai berikut:
o Memperhatikan penjelasan guru atau siswa
o Antusias dalam pembelajaran
o Mengajukan pertanyaan
o Memberi saran
o Mempresentasikan hasil kerja kelompok
Kemudian aktivitas tersebut dibuat tabel untuk pengukuran yang bisa digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Aktivitas Siswa yang Diamati
No. Aktivitas Nilai
1. Memperhatikan
2. Antusias
3. Bertanya
4. Kerjasama dalam kelompok dalam menyelesaikan tugas
5. Mengemukakan pendapat
3.3 Validasi Data
Penelitian ini menggunakan multi pengukuran untuk menghasilkan data yang sahih (valid). Seperti disebutkan sebelumnya, data diperoleh dengan berbagai teknik melalui observasi, pengisian angket dan pencapaian hasil belajar siswa berupa tes kinerja.
Dengan demikian, hasil penelitian diharapkan menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari subyek yang diteliti dan hasilnya bisa dijadikan rujukan untuk penelitian yang lebih mendalam di masa mendatang.
3.4 Analisis Data
Data yang diperoleh dari observasi, angket dan tes kemudian dianalisis melalui beberapa tahapan:
a. Pada awal penelitian, penulis melakukan beberapa tahapan sebelum melaksanakan penelitian ini, yaitu mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Inggris, menetapkan materi teks descriptive yang akan diajarkan sesuai dengan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris di kelas VIII, berkoordinasi dengan rekan sekerja sebagai partner dalam penelitian ini, kemudian melakukan pre test.
b. Pada siklus pertama, penulis mengajarkan teks descriptive dengan penggunaan model pembelajaran Think Pair share (TPS). Seorang rekan kerja penulis bertindak sebagai pengamat/observer. Beliau mencatat hal-hal penting untuk kemudian jadi bahan masukan untuk refleksi dan masukan bagi pembelajaran di siklus kedua dan ketiga.
c. Pada akhir siklus II, kegiatannya hampir sama di siklus I, dengan beberapa perbaikan yang menjadi masukan di siklus II. Lembar observasi juga digunakan untuk mengukur keaktifan siswa yang meliputi sikap memperhatikan, bertanya, mengemukakan pendapat, kerja sama dan antusias.
d. Kegiatan Siklus III sama dengan siklus I dan II. Siklus terakhir ini merupakan perbaikan-perbaikan dari siklus-siklus sebelumnya. Hasil dari tes kinerja dianalisis dan dicari mean/rata-ratanya, kemudian dibandingkan dengan hasil dari Siklus I, II, dan III apakah ada perbedaan yang signifikan atau tidak.
e. Pada siklus III, siswa mengisi angket tentang sikap, pendapat dan kesan mereka terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung. Kemudian hasil angket dikumpulkan dan dianalisis secara kualitatif.
Hasil analisis data baik dari angket, observasi maupun tes kinerja kemudian ditafsirkan dan ditarik kesimpulan. Hasil penafsiran dari penelitian ini melibatkan sejumlah kegiatan yaitu mengulas/ menganalisis hasil dari temuan utama, menganalisis bagaimana pertanyaan-pertanyaan penelitian bisa dijawab, refleksi peneliti terhadap data yang dikumpulkan, dan pendapat personal yang dibandingkan atau dikontraskan dengan kajian pustaka. Hal ini seperti ditegaskan oleh Creswell (2008: 37):
“The final results were then interpreted. Interpretation involves making sense of the data. Interpretation in qualitative research means that the researcher steps back and forms some larger meaning about the phenomenon based on personal views, comparisons with past studies, or both”.
Pada akhirnya, semua data dari hasil pengamatan, kuesioner dan tes didiskusikan dalam tim untuk mengambil kesimpulan dan penyusunan laporan penelitian ini.
3.5 Prosedur Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas. Beberapa ahli memandang bahwa suatu penelitian tindakan kelas mendorong para akademisi untuk meningkatkan profesionalismenya untuk menjadi pembelajar aktif (Norton, 2009: 24). Nunan (1998:8) menyebutkan bahwa kelas merupakan tempat yang kompleks tempat dimana guru mentransformasi dan menerjemahkan rencana-rencana menjadi tindakan. Untuk mewujudkannya, guru perlu meluangkan waktu untuk mengamati, mendokumentasi dan menganalisis apa yang terjadi di sana (di dalam kelas).
Kajian teori di atas memberikan ide bagi penulis untuk melaksanakan penelitian di kelas yang penulis ajar. Penelitian ini mengikuti beberapa tahap dalam 3 siklus yang bisa digambarkan seperti di bawah ini:
Gambar 3.2 Alur Penelitian (Menurut Taggart and Kemmis , 1988:7))
Penelitian ini dibuat dalam tiga siklus yang dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
Adapun langkah-langkahnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Siklus Pertama ( I )
a. Perencanaan ( Planning )
Langkah yang disusun peneliti bersama guru Bahasa Inggris pada perencanaan awal yakni mengidentifikasi masalah dan menetapkan jalan keluar dengan penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS), yang bisa dijelaskan sebagai berikut :
1) Peneliti dan kolaborator merencanakan pembelajaran yang diterapkan di kelas dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
2) Mempersiapkan silabus
3) Menentukan Standar Kompetensi ( SK ) sesuai dengan Standar Isi Bahasa Inggris Semester I yaitu KD.5 Membaca; Memahami makna teks tulis fungsional dan esei pendek sederhana berbentuk descriptive dan recount yang berkaitan dengan lingkungan sekitar.
4) Menentukan dulu Kompetensi Dasar (KD) yaitu KD 5.1Membaca nyaring bermakna teks tulis fungsional dan esei berbentuk descriptive dan recount pendek dan sederhana dengan ucapan, tekanan dan intonasi yang berterima yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Dalam penelitian ini teks yang digunakan adalah teks deskriptif.
5) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
6) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran
7) Menyiapkan daftar hadir siswa
8) Menyiapkan lembar kolaborator
9) Melaksanakan tindakan siklus pertama dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS).
b. Tindakan ( Action )
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan sebagaimana dijelaskan dalam Bab Kajian Teori tentang TPS dengan langkah-langkah sesuai dengan situasi dan kebutuhan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kegiatan Pendahuluan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu tentang konsep-konsep yang akan dipelajari.
2. Kegiatan Inti
• Guru menerangkan materi tentang teks deskriptif secara singkat.
Dalam fase ini guru menerapkan tahap thinking dengan mengajukan pertanyaan mengenai materi deskriptif secara klasikal dan memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan mencoba memecahkan secara individu.
• Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Dalam fase ini, guru membentuk kelompok yang beranggotakan dua siswa.
• Guru membimbing kelompok bekerja dan belajar dalam tahap pairing.
Dalam fase ini, guru menerapkan tahap pairing dengan meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan atau menjawab pertanyaan dan memastikan bahwa anggota kelompoknya sudah mengetahui dan memahami jawabannya. Setelah itu guru berkeliling dari satu pasangan ke pasangan yang lain dan memberikan bantuan kepada pasangan yang mengalami kesulitan belajar.
• Guru menerapkan tahap sharing.
• Guru memberikan umpan balik dan tanggapan terhadap seluruh hasil yang telah disajikan.
Dalam fase ini guru memanggil 2-3 pasangan secara acak untuk mempresentasikan secara sederhana hasil kinerjanya menanggapi hasil yang telah disajikan. Setelah presentasi dilakukan oleh siswa, guru menanggapi seluruh hasil kinerja yang telah disajikan oleh pasangan-pasangan siswa tersebut.
c. Pengamatan ( Observation )
Kolaborator mengamati pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TPS sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi membaca (memahami teks tulis) Bahasa Inggris. Sekaligus mengamati pemahaman materi ajar untuk siswa pandai maupun siswa yang biasa, bahkan pada siswa yang kurang bersemangat belajar. Dan kolaborator menuliskannya kedalam lembaran yang sudah disiapkan.
d.Refleksi ( Reflection )
Dari pengamatan pada waktu pembelajaran siklus pertama, peneliti bersama kolaborator merinci dan menganalisa permasalahan, yang tentunya harus mengadakan perbaikan dan akan dilaksanakan pada siklus kedua. Bila nilai siswa pada siklus pertama masih ada dibawah KKM, maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus kedua dengan tahapan yang sama seperti pada siklus pertama.
2. Siklus Kedua ( II )
a. Perencanaan ( Planning )
Peneliti dan kolaborator merencanakan langkah-langkah pembelajaran siklus kedua sebagai berikut :
1. Peneliti dan kolaborator merencanakan pembelajaran yang diterapkan di kelas dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
2. Mempersiapkan silabus
3. Menentukan Standar Kompetensi ( SK ) sesuai dengan Standar Isi Bahasa Inggris Semester I yaitu KD.5 Membaca; Memahami makna teks tulis fungsional dan esei pendek sederhana berbentuk descriptive dan recount yang berkaitan dengan lingkungan sekitar.
4. Menentukan dulu Kompetensi Dasar (KD) yaitu KD 5.1 Membaca nyaring bermakna teks tulis fungsional dan esei berbentuk descriptive dan recount pendek dan sederhana dengan ucapan, tekanan dan intonasi yang berterima yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Dalam penelitian ini teks yang digunakan adalah teks deskriptif.
5. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
6. Menyiapkan sumber dan media pembelajaran
7. Menyiapkan daftar hadir siswa
8. Menyiapkan lembar kolaborator
9. Melaksanakan tindakan siklus kedua dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS).
b. Tindakan ( Action )
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dengan :
1) Melakukan apersepsi
2) Memotivasi siswa
3) Memberikan penjelasan garis besar materi yang akan dibahas pada hari itu
4) Melaksanakan pembelajaran dengan teknik modifikasi TGT seperti disebutkan dalam bagian tindakan di siklus I.
c. Pengamatan ( Observation )
Dalam kegiatan pembelajaran siklus kedua, guru Bahasa Inggris sebagai kolaborator mengamati apakah pembelajaran dengan model pembelajaran TPS meningkatkan kemampuan membaca siswa dapat berhasil / tidak sesuai dengan KKM yang ditetapkan.
d. Refleksi ( Reflection )
Dari pengamatan pada waktu pembelajaran siklus kedua, peneliti bersama kolaborator melihat bahwa kerja kelompok siswa belum mengalami peningkatan yang signifikan dan sepakat untuk diperbaiki pada siklus ketiga .
3. Siklus Ketiga ( III )
a. Perencanaan ( Planning )
Peneliti bersama kolaborator merencanakan langkah-langkah pembelajaran untuk siklus ketiga, sebagai berikut :
1. Peneliti dan kolaborator merencanakan revisi perangkat pembelajaran yang diterapkan pada siklus sebelumnya dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
2. Mempersiapkan silabus
3. Menentukan Standar Kompetensi ( SK ) sesuai dengan Standar Isi Bahasa Inggris Semester I yaitu KD.5 Membaca; Memahami makna teks tulis fungsional dan esei pendek sederhana berbentuk descriptive dan recount yang berkaitan dengan lingkungan sekitar.
4. Menentukan dulu Kompetensi Dasar (KD) yaitu 5.1 Membaca nyaring bermakna teks tulis fungsional dan esei berbentuk descriptive dan recount pendek dan sederhana dengan ucapan, tekanan dan intonasi yang berterima yang berkaitan dengan lingkungan sekitar.
5. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
6. Menyiapkan sumber dan media pembelajaran
7. Menyiapkan daftar hadir siswa
8. Menyiapkan lembar kolaborator
9. Melaksanakan tindakan siklus kedua dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS).
b. Tindakan ( Action )
1) Melakukan apersepsi
2) Motivasi
3) Memberikan penjelasan garis besar materi yang akan dibahas pada hari itu
4) Melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) seperti disebutkan di Siklus I.
5) Setelah tugas selesai guru memberikan pertanyaan sesuai materi yang sudah dipelajari
6) Menutup pembelajaran
c. Pengamatan ( Observation )
Dalam kegiatan pembelajaran siklus III, guru Bahasa Inggris sebagai kolaborator mengamati apakah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) meningkatkan kemampuan membaca siswa dapat berhasil / tidak sesuai dengan KKM yang ditetapkan.
d. Refleksi ( Reflection )
Bersama kolaborator peneliti merinci dan menganalisa permasalahan yang terjadi pada siklus pertama, kedua, dan ketiga. Peneliti dan kolaborator melihat dan mendapatkan bahwa siklus ketiga ini dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS), siswa telah mengalami peningkatan secara signifikan dan sepakat untuk mencukupkan penelitian pada siklus ketiga, serta siklus III dapat dideskripsikan sebagai hasil penelitian.
Rancangan penelitian yang dilakukan dalam tiga kali siklus diatas menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)dari awal sampai akhir. Dari skor individual ini terlihat hasil pencapaian belajar siswa setelah melewati Siklus I, II, dan III.
3.6 Jadwal Penelitian
Penelitian ini mengikuti beberapa tahapan yang bisa digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
No Tahapan/Kegiatan September
2015 Oktober 2015 Nopember
2015 Ket
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Sikus Pertama
1 Identifikasi Masalah √
2 Perencanaan
• Penyusunan RPP
• Pembuatan Format Pengamatan Aktivitas Siswa √
3 Pelaksanaan Pembelajaran √
4 Evaluasi √
5 Refleksi √
Siklus Kedua
6 Perencanaan
• Penyusunan RPP √
7 Pelaksanaan Pembelajaran √
8 Evaluasi √
9 Refleksi √
Siklus Ketiga
10 Perencanaan
• Penyusunan RPP √
11 Pelaksanaan Pembelajaran √
12 Evaluasi √
13 Refleksi √
14 Penulisan Laporan √
PTK KU
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM KETERAMPILAN MEMBACA TEKS DESKRIPTIF BAHASA INGGRIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK-PAIR-SHARE DI KELAS VIII-D
SMPN 1 CANGKUANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kenaikan Pangkat/Golongan
Oleh :
TARYANAH, M.Pd
NIP. 19741225 200801 2003
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG
DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 1 CANGKUANG
JALAN TENJOLAYA DESA CILUNCAT KEC CANGKUANG KAB BANDUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan potensi peserta didik untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat jasmani, berilmu, kreatif dan mandiri. Untuk mewujudkan fungsi pendidikan nasional ini, ada beberapa pedoman sebagai acuannya, antara lain Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang di dalamnya memuat 8 standar.
Guru adalah pendidik professional yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik seperti yang disebutkan dalam UU No 14/2005. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian yang mumpuni.
Guru berperan sangat penting dalam mendisain pembelajaran dengan memilih strategi pembelajaran yang optimal agar menarik dan menantang bagi siswa dalam belajar sehingga meningkatkan minat dan prestasi siswa dalam proses pembelajaran. Model Pembelajaran yang diharapkan adalah mengacu pada Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM). Dalam hal ini, siswa dituntut supaya lebih aktif dalam pembelajaran sedangkan guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator.
Salah satu kemampuan pedagogik guru adalah kemampuan guru dalam mendisain pembelajaran dengan memilih strategi pembelajaran yang optimal agar menarik dan menantang bagi siswa sehingga meningkatkan minat dan prestasi siswa dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, siswa dituntut supaya lebih aktif dalam pembelajaran sedangkan guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator.
Berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Inggris, penulis menemukan bahwa dalam kegiatan pembelajaran menghadapi beberapa masalah antara lain kurangnya motivasi, penguasaan kosakata yang rendah, siswa segan untuk berbicara, produksi ujaran yang dihasilkan dalam pembelajaran dengan menggunakan Bahasa Inggris masih rendah, dan sebagainya. Akibatnya, pembelajaran Bahasa Inggris berlangsung kurang optimal dan interaksi siswa kurang efektif.
Hal tersebut terjadi di kelas yang penulis ajar. Sebagian besar siswa kurang motivasi untuk belajar dan berinteraksi dalam pembelajaran menggunakan Bahasa Inggris. Hal ini diperkuat dengan jumlah siswa yang besar (dalam satu kelas 48 siswa) sehingga menyulitkan bagi penulis untuk menciptakan suatu kelas interaktif.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat suatu penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk menemukan strategi pembelajaran yang tepat untuk bisa meningkatkan kompetensi berbahasa Inggris khususnya membaca teks descriptif, di kelas yang penulis ajar yaitu kelas VIII D SMP Negeri 1 Cangkuang pada tahun pelajaran 2015/2016.
Think-Pair-Share (TPS) atau berpikir, berpasangan, berbagi merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif. Model Think-Pair-Share (TPS) tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif, dapat juga disebut sebagai model belajar mengajar berpasangan. Arends menyatakan bahwa Think Pair Share (TPS) merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan proses yang digunakan dalam Think Pair Share (TPS) dapat memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk berfikir, untuk merespon dan saling membantu (Trianto, 2010:61).
Dengan model pembelajaran ini diharapkan siswa lebih termotivasi dalam belajar terutama pelajaran Bahasa Inggris, meminimalisir kepasifan kelas dan menciptakan suasana kondusif dalam proses belajar mengajar, sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa pada pelajaran Bahasa Inggris dapat meningkat. Penulis mengharapkan penelitian ini bisa bermanfaat bagi para pendidik, siswa dan semua pihak yang peduli terhadap kemajuan pendidikan.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan berikut ini:
1. Keterampilan berbahasa Inggris masih sangat rendah, salah satunya karena penguasaan kosakata yang rendah.
2. Interaksi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris masih belum optimal, partisipasi siswa dalam pembelajaran masih kurang, belum menemukan model atau strategi pembelajaran yang terbukti efektif.
3. Hasil belajar masih belum optimal, masih banyak siswa yang di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (71).
1.3 Pembatasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada bagaimana hasil belajar siswa, dan interaksi belajar siswa terutama dalam kemampuan Bahasa Inggris dalam membaca nyaring teks tulis berbentuk teks deskriptif melalui penggunaan model pembelajaran Think Pair share. Penelitian ini dilakukan hanya pada 1 kelas dengan 3 siklus.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, rumusan masalah yang ingin dikaji dan dibuktikan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran siswa kelas VIII D SMPN 1 Cangkuang melalui pembelajaran dengan Model pembelajaran think pair share(TPS)?
2. Apakah pembelajaran Bahasa Inggris melalui penggunaan Model pembelajaran think pair share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII D terutama dalam membaca nyaring teks tulis berbentuk teks deskriptif ?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang sudah dirumuskan, penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat :
1. menggambarkan hasil belajar siswa Kelas VIII D SMPN 1 Cangkuang dalam membaca teks tulis berbentuk teks deskriptif Bahasa Inggris melalui penggunaan Model pembelajaran Think Pair Share (TPS).
2. menemukan solusi bagi permasalahan rendahnya keterampilan siswa dalam memahami teks tulis berbentuk teks deskriptif dalam mata pelajaran Bahasa Inggris.
3. Menggambarkan interaksi siswa dalam pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS).
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi positif bagi pengembangan strategi/media pembelajaran Bahasa Inggris, terutama:
A. Bagi guru
1. Bahan masukan bagi guru dalam mengajar Bahasa Inggris, terutama dalam meningkatkan penguasaan kompetensi membaca dalam Bahasa Inggris
2. Sebagai solusi alternatif bagi guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan kompetensi membaca Bahasa Inggris.
B. Bagi siswa
a. Meningkatkan penguasaan kompetensi memahami teks tulis Bahasa
Inggris dalam teks berbentuk teks desrriptif.
b. Meningkatkan interaksi siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
c. Meningkatkan hasil belajar siswa.
Subscribe to:
Posts (Atom)