Monday, 2 December 2024

MEMAHAMI SIMPLE PAST TENSE DENGAN CEPAT

 

Simple Past Tense

Simple  sedehana, Past ; lampau,  Tense  Bentuk Kata kerja sejalan perubahan waktu

INDONESIA                                                          INGGRIS

Saya makan nasi setiap hari .                         I eat rice everyday (present tense, V1)

Saya barusan makan  Nasi                              I  ate rice just now ( past tense, V2)

Saya sudah makan nasi 2 x                            I have eaten rice 2 times (p.perfect, v3)

Saya sedang makan nasi sekarang                I am eating now (continuous, V ing)

 

 

Ciri-Ciri Past Tense

·         untuk menceritakan kejadian yang sudah terjadi di masa lalu/ sudah lewat, pada satu waktu

·         ket waktu yesterday, last week, last year, 2 days ago, just now, last night

·         V2  (kata kerja bentuk ke 2)

 

V1

V2

V3

V ing

Meaning

Irreguler verb

go

went

gone

going

pergi

eat

ate

eaten

eating

makan

sing

sang

sung

singing

bernyanyi

 

 

 

 

 

 

study

studied

studied

studied

belajar

Regular verbs

invite

invited

invited

invited

mengundang

play

played

played

played

bermain

T, d -----/id/

P,h,k,f,ts,sh, ch…./t/

Voiced ……………/d/

 

·         Rumus :

(+)    S + V2

(_)     S + did not + v1

(?)     Did + S + V 1                       yes, S did

                                                       No, S didn.t

 

 

S = subject : I, you, they, we, He, She , It.

 

He played ball this afternoon ( + )

 He did not play ball this afternoon ( -)

Did he play ball this afternoon?  yes, he did

                                                     No, he didn't

 

 

 

Coba  buat kalimat (-) dan kalimat (?)

    • I studied English yesterday.
    • They worked hard last week.
    • She went to the market
    • We saw a movie last night.
    • I traveled to Bali last summer.
    • She ate pizza for dinner.
    • They played football in the park.

 

 

BANDINGKAN PRESENT TENSE DENGAN PAST TENSE!

I …..to the zoo. (go, went)?

 

When I take a bath, the crocodile comes ( Present)

When I took a bath, the crocodile came (Past)

I loved you = -      I love you = +

 


Exercise

A. Pilihlah jawaban yang benar untuk melengkapi kalimat berikut:

  1. Yesterday, I ... to the market. a. go b. went c. goes
  2. They ... a movie last night. a. watch b. watched c. watches
  3. She ... her homework yesterday. a. finish b. finished c. finishes
  4. We ... to the beach last summer. a. don't go b. didn't go c. didn't went
  5. Did you ... to school yesterday? a. go b. went c. goes

 

B. Ubahlah kalimat berikut menjadi bentuk Simple Past Tense:

  1. I eat rice every day.    I ate  rice yesterday
  2. They play football in the afternoon.
  3. She sings a song.    She sang a song
  4. We study English.   We studied English
  5. Do you like ice cream?        Did you like ice cream?

C. Jawablah pertanyaan berikut dengan kalimat Simple Past Tense:

  1. What did you do last weekend?  I went to the zoo
  2. Where did you go on vacation? I went to Pangandaran
  3. What time did you wake up yesterday?
  4. Did you watch TV last night?
  5. What did you eat for breakfast this morning?

D. Urutkan kata-kata berikut menjadi kalimat Simple Past Tense yang benar:

  1. yesterday / I / to the park / went
  2. they / a book / read / last night
  3. she / not / to school / went
  4. did / you / play / soccer / yesterday?
  5. we / not / eat / pizza

 

Wednesday, 25 September 2024

Jurnal Refleksi Modul 3.3 Program yang Berdampak Positif Bagi Murid

 

JURNAL REFLEKSI

Modul  3.3 Program yang Berdampak Positif Bagi Murid

Pada pembelajaran Modul 3.3, saya mempelajari tentang penyusunan program yang berdampak positif pada murid.  Modul ini adalah modul terakhir  yang harus dipelajari dalam Pendidikan Guru Penggerak. Sama halnya dengan modul-modul sebelumnya,  pada Modul 3.3 ini dimulai  dengan alur MERDEKA yaitu Mulai dari diri. Pada tahap Mulai dari diri, CGP disuguhkan dengan dua pertanyaan pemantik yaitu apa yang dimaksud dengan program yang berdampak pada murid dan kaitannya dengan student agency. Kemudian di dalam eksplorasi konsep, saya mempelajari tentang bagaimana menyusun program yang berdampak pada murid, bagaimana cara menumbuhkan student agency dengan mempertimbangkan 3 aspek yang dimiliki murid seperti suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan(ownership). Kemudian materi tentang lingkungan yang mendukung tumbuh kembangnya kepemimpinan murid, serta pentingnya keterlibatan komunitas dalam menumbuhkan kepemimpinan murid. Dalam forum diskusi eksplorasi konsep, beberapa orang CGP diberikan kesempatan untuk menjelaskan tentang program/kegiatan yang sudah dilakukan sekolah mereka yang berdampak pada murid dan CGP lainnya memberikan umpan balik dari penjelasan tersebut.  Pada tahap aksi nyata, saya harus  menyusun program yang berdampak positif bagi murid di sekolah saya sendiri, dalam tahapan B (Buat pertanyaan) dan A (ambil pelajaran), dilengkapi dengan dokumentasi langkah-langkah kegiatan yang dilakukan.

Perasaan saya dalam mempelajari modul ini campur aduk, antara senang, bingung, cemas  dan lelah juga. Senang karena saya mendapat banyak wawasan melalui kolaborasi atau sharing pengalaman dengan teman tentang ide-ide program yang akan dan sedang dilaksanakan. Bingung karena tidak tahu program yang benar-benar dibutuhkan dan sesuai dengan  student agency yang mana ada voice, choice dan kepemilikan siswa. Cemas karena takut program yang saya gulirkan tidak didukung oleh pihak sekolah terutama pemangku kebijakan. Lelah juga karena akhir-akhir kegiatan, tugas-tugas harus segera diselesaikan ditengah berbagai kesibukan yang mendera setiap harinya. Namun semua rasa bingung, cemas dan lelah terbayar dengan kenyataan bahwa semua pihak sangat support dengan program yang saya ajukan dan membantu melaksanakan bersama-sama dengann  cara komunkasi, kolaborasi dan koordinasi dalam setiap langkah kegiatan.

Pembelajaran yang saya peroleh dari Aksi nyata  tahap B  (Buat Pertanyaan) adalah sangat penting bagi kita untuk selalu berkoordinasi dengan semua pihak yang terlibat dalam suatu program. Selain itu komunikasi yang hangat dan kolaborasi  antar semua elemen merupakan kunic sukses bagi suatu program untuk dijalankan. Lebih jauh lagi, perlunya keterlibatan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program supaya suara, pilihan dan kepemilikan mereka lebih didukung secara positif karena pada hakekatnya program tersebut untuk mereka sendiri.

Pembelajaran yang saya peroleh dari Aksi nyata tahap A (ambil pelajaran) adalah saya merasa tertantang untuk saya bisa membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahannya. Saya lebih bersyukur bahwa kondisi anak-anak saya lebih baik dari mereka. ternyata siswa yang kita anggap baik-baik saja menyimpan seribu permasalahan yang membebani mereka dan berefek pada pembelajaran. Saya akan berusaha sebisa mungkin dengan pengetahuan dan pengalaman saya baik dari berbagi pengalaman dengan teman atau belajar dari referensi untuk bisa seoptimal mungkin membantu mereka.

Dari pelaksanan Aksi nyata Tahap B ini, saya akan menerapkan langkah-langkah yang sudah saya laksanakan ke depannya yakni adanya komunikasi, koordinasi dan kolaborasi dalam membuat suatu program/kegiatan.  Melalui diskusi, diseminasi dan kolaborasi antar semua elemen yang  terlibat dalam suatu program kegiatan, diharapkan kegiatan dapat berjalan lancer, semua pihak tahu apa yang dilakukan dan ikut serta mensukseskannya. Berbagai kelemahan atau kekurangan yang muncul dapat teratasi jika kita bersama-sama  bergandeng tangan menyelesaikan atau meminimalisir dampak negative yang mungkin timbul dari kegiatan.

 

Saturday, 21 September 2024

Jurnal Refleksi Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

 Pada pembelajaran Modul 3.2, saya mempelajari tentang peran sekolah sebagai suatu komunitas, sekolah sebagai suatu ekosistem yang mana terdapat factor biotik (guru, murid, kepala sekolah, TU, Wali murid, Pengawas) dan abiotik (sarana dan prasarana sekolah) yang saling ketergantungan dan membentuk sinergi yang harmonis, selaras dan berdaya guna. Ada 7 aset yang ada di sekolah antara lain aset manusia, Fisik, sosial, politik,lingkungan, finansial, agama dan budaya, Guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengelola asset-aset tersebut supaya berdaya guna.Dalam pengelolaan  asset, ada 2 metode, yakni Pendekatan Berbasis Masalah/Kekurangan (Deficit-Based Approach) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Approach). Dari hasil analisa diketahui bahwa pendekatan berbasis Aset akan lebih menghasilkan keputusan yang baik, positif dan berfikir kedepan, bukan negatif thinking dan berfikir ke belakang. Pada aksi nyata, kami sebagai calon guru penggerak diminta untuk melakukan aksi nyata dengan mengidentifikasikan sumber daya sebagai aset/kekuatan yang dimiliki sekolah. Identifikasi sumber daya sekolah dilakukan secara kolaboratif agar semua warga sekolah dapat bersama-sama mengetahui dan memanfaatkannya untuk peningkatan kualitas pendidikan.

Perasaan sebelum mempelajari modul 3.2 ini saya berpikir analisa  sumber daya dengan melihat kekurangan dan  kelebihan  yang ada di sekolah. Namun setelah mempelajari modul 3.2 pemimpin dalam pengelolaan sumber daya akhirnya saya mampu merubah cara berpikir saya bahwa kita harus berpikir berbasis aset/kekuatan yang ada; memanfaatkan sumber daya yang ada dan tersedia secara optimal, jangan mencari-cari yang tidak ada. Dengan cara pandang berbasis aset ini membuat saya mengoptimalkan aset/modal dan kekuatan yang ada untuk melaksanakan program sekolah. Berpikir berbasis aset/kekuatan sangat penting dimiliki oleh seorang pemimpin karena pemimpin harus dapat memaksimalkan potensi yang ada dalam ekosistem sekolahnya agar dapat menggerakan ekosistem sekolah untuk dapat berpikir positif dalam mengembangkan sekolah. Perasaan saya setelah mempelajari modul sangat senang, bersemangat, dan optimis bahwa kita bisa melangkah dengan asset yang ada. Saya juga senang karena dapat berbagi praktik baik bagaimana kita memetakan aset/modal yang ada di sekolah. Dengan memetakan aset/modal yang ada kita dapat memanfaatkannya untuk merencanakan program yang berdampak bagi murid. 

Pada modul 3.2 ini saya belajar tentang  bagaimana mengelola 7 aset yang ada dan berfikir dengan pendekatan asset. Disebutkan bahwa dalam pengelolaan sumber daya dapat dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu  pendekatan berbasis kekurangan (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian pada masalah dan kekurangan yang ada di sekolah. Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) akan memusatkan perhatian pada kekuatan dan potensi yang ada di sekolah. Pendekatan berbasis aset memiliki manfaat yang lebih positif dalam mengembangkan diri dan mencari peluang, daripada pendekatan berbasis kekurangan yang cenderung menimbulkan pikiran negatif. Oleh karena itu, sebaiknya kita mengadopsi pendekatan berbasis aset untuk melihat sumber daya sekolah agar dapat memanfaatkan kekuatan dan potensi yang ada untuk mencapai kesuksesan. Selain itu pengelolaan sumber daya yang ada di sekolahnya juga dapat menggunakan Asset-Based Community Development (ABCD) kita sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann. Pendekatan PKBA atau Asset-Based Community Development (ABCD) merupakan suatu kerangka kerja yang membangun kemandirian dari suatu komunitas dengan memfokuskan pada potensi aset/sumber daya yang dimilikinya. PKBA menekankan pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian, pendekatan PKBA mendorong terciptanya kehidupan komunitas yang lebih berkelanjutan dan berdaya guna. Di dalam sebuah sekolah, pendekatan PKBA dapat diterapkan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh seluruh warga sekolah agar kegiatan pendidikan dapat diselenggarakan secara efisien dan efektif. Sekolah bisa kita pandang sebagai sebuah komunitas. Karena itu, sekolah dapat belajar tentang bagaimana menjadi komunitas yang sehat dan tangguh. Komunitas sekolah dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya seperti halnya komunitas pada umumnya dengan menggunakan pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset. Pemanfaatan sumber daya tersebut dapat dilakukan dengan memetakan tujuh aset utama atau modal utama yakni asset manusia, asset fisik, lingkungan, social, finansial , politik, agama dan budaya. Semua asset tersebut saling mepengaruhi dan sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kita harus bisa memanfaatkan asset-aset tersebut untuk kepentingan bersama, yang mana semua aspek yang ada dalam komunitas sekolah saling bersinergi secara harmonis, selaras dan berdaya guna untuk membentuk lingkungan yang aman, nyaman dan well being.

Untuk penerapan ke depannya, dalam penerapan di kelas dan di sekolah, saya sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengelola 7 aset utama sebagai kekuatan dalam meningkatan mutu pendidikan sekolah dengan menggunakan pendekatan berbasis kekuatan/aset dan pendekatan berbasis kekurangan. Saya memandang guru sebagai aset manusia yang utama dalam melaksanakan pembelajaran harus berinovasi dan mengembangkan diri secara berkelanjutan agar tercipta pendidikan yang berpihak pada murid. 


Thursday, 15 August 2024

Tugas Kelas VII

 TUGAS KELAS VII

I. Write the numbers.

  e.g :: 11 = eleven

1. 23 =

2. 46 =

3. 79=

4. 127=

5. 2348 =


II. Translate the text  into Indonesian 

                                         My Family

I have a  big happy family. I have 3 brothers and 3 sisters. My father is a  successful farmer and my mother is a businesswoman. My oldest brother has married and has 3 children. My second sister is a student at college.  I am the seventh child in my family. All of the members of my family love and care about me much. I am happy to be in the family and I hope  my family will be happy forever.

III. tell me about your family. (200 words)

                 

Saturday, 10 August 2024

JURNAL REFLEKSI MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

 JURNAL REFLEKSI MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

Pada modul 2.3 ini saya  mempelajari materi mengenai Coaching untuk supervisi akademik..Selain menyiapkan  diri kita sebagai pemimpin pembelajaran, program Pendidikan Guru Penggerak juga menyiapkan kita untuk menjadi seorang kepala sekolah. Sebagai kepala sekolah, tentunya tidak akan terlepas dengan tugas supervisi akademik. Supervisi akademik ini dilakukan untuk memastikan  pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana tertuang dalam standar proses pada Standar Nasional Pendidikan Pasal 12 Selain bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid, supervisi akademik juga bertujuan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah sebagaimana tertuang dalam standar tenaga kependidikan pada Standar Nasional Pendidikan pasal 20 ayat 2: Rangkaian supervisi akademik ini digunakan kepala sekolah untuk mendorong ruang perbaikan dan pengembangan diri guru di sekolahnya.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, kepala sekolah seperti apakah yang dapat mendorong kita sebagai warga sekolah untuk selalu mengembangkan kompetensi diri dan senantiasa memiliki growth mindset, serta keberpihakan pada murid? Jawabannya adalah pemimpin sekolah yang dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi diri dan orang lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.

Dalam hal ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan. Pendekatan dengan paradigma berpikir yang memberdayakan mutlak diperlukan agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan terarah. Salah satu pendekatan yang memberdayakan adalah coaching sebagaimana Whitmore (2003) ungkapkan bahwa coaching adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya. Sejalan dengan hal ini, dengan adanya program Pendidikan Guru Penggerak ini, kita diharapkan menjadi supervisor atau kepala sekolah yang memiliki paradigma berpikir dan keterampilan coaching dalam rangka pengembangan diri dan rekan sejawat. 

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada  solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya.

Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation mendefinisikan coaching sebagai ”bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.

Saya merasa senang mendapat ilmu baru  yang berpengaruh terhadap perbaikan  saya menjalani profesi sebagai guru. Modul 2.3 memang memberikan saya banyak ilmu mengenai coaching yang diakhiri dengan paradigma coaching dalam proses supervisi akademik. Dimana supervisi akademik tidak lagi hanya dipandang sebagai penilaian terhadap guru yang dilakukan oleh supervisor (pihak manajemen sekolah) yang biasanya memiliki suasana yang menegangkan dan tidak nyaman. Sekarang melalui modul ini diajarkan dan dilatih agar paradigmanya berubah menjadi paradigma coaching dengan prinsip-prinsipnya. 

Di modul ini, saya mendapatkan hal yang luar biasa terkait ilmu-ilmu baru yang memacu saya lebih bersemangat dalam mengimplementasikan semua yang saya dapatkan. Forum diskusi selama sesi ruang kolaborasi dan elaborasi membuat saya semakin memahami materi ini. Saya harap dengan mempelajari ini, saya semakin terampil dalam menjadi coach dalam proses coaching, baik untuk rekan sejawat, murid, maupun orang terdekat yang membutuhkan coaching untuk mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi.

Supervisi akademik dilakukan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid dan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah. Dalam relasi guru dengan guru, seorang coach dapat membantu seorang coachee untuk menemukan kekuatan  dirinya dalam pembelajaran. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara seorang coach dan coachee yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan.

Paradigma berpikir coaching  terdiri dari fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, mampu melihat peluang baru dan masa depan. Prinsip coaching yaitu “kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi”. Kompetensi Inti Coaching meliputi kehadiran penuh/Presence, mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan berbobot. Percakapan Berbasis Coaching dengan Alur TIRTA : Percakapan untuk perencanaan, Percakapan untuk pemecahan masalah, Percakapan untuk berefleksi, Percakapan untuk kalibrasi.

Umpan Balik berbasis Coaching terdiri dari Umpan Balik dengan Pertanyaan Reflektif, Umpan Balik menggunakan data yang valid. Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Dalam pelaksanaannya ada dua paradigma utama yang menjadi landasan kita   menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni paradigma  pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu

Setelah mempelajari modu1 2.3. saya bertekad untuk mempraktikkan tiga kompetensi inti coaching, presence, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching. Membuat rencana, melakukan refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi. Memberikan umpan balik dengan paradigma berpikir dan prinsip coaching. Mempraktikkan rangkaian supervisi akademik yang berdasarkan paradigma berpikir coaching. Selalu berusaha meningkatkan kemampuan diri dalam melakukan coaching dengan berlatih dan sering melakukan praktik coaching dengan rekan sejawat, murid, dan lingkungan terdekat saya.


JURNAL REFLEKSI MODUL 2.2 PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL

 JURNAL REFLEKSI MODUL 2.2 PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL

“Dialog tidak dapat terjadi tanpa kerendahan hati “(Paulo Freire)

Pada modul 2.2 ini saya mempelajari  Pembelajaran Sosial dan Emosional. Pada awal , saya ditanya tentang pengalaman yang pernah saya alami sebagai guru dalam hubungannya  dengan masalah sosial dan emosional. Kemudian  ada ekplorasi konsep yang berisi materi-materi tentang Kompetensi Sosial Emosional, Pembelajarannya serta Implementasinya di sekolah. Selain itu juga diselingi dengan tugas-tugas yang berisi refleksi dari tiap-tiap materi yang telah dipelajari. Tujuan dari materi Pembelajaran Sosial Emosional adalah memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri); menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri); merasakan dan menunjukan empati kepada orang lain (kesadaran sosial); dan membuat keputusan yang bertanggung jawab.

Saya sangat bersyukur mendapat pengeatahuan luar biasa  dan berpengaruh terhadap eksistensi saya menjalani profesi sebagai guru. Sebenarnya pembelajaran social dan emosional sudah saya jalankan namun tidak tahu bahwa hal tersebut merupakan pembelajaran  social dan emosiona. Dengan mempelajri modul 2.2 ini, saya lebih faham  tentang  pembelajaran social dan emosional dan  bersemangat dalam mengimplementasikan semua yang saya dapatkan. Saya harap dengan mempelajari ini, saya akan mampu mengontrol setiap emosi dalam diri saya yang tentunya berdampak kepada orang lain serta memberikan contoh kepada rekan sejawat lainnya.

Pembelajaran bermakna yang saya peroleh setelah mempelajari modul 2.2 adalah bahwa mengenali emosi diri sebelum melakukan setiap tindakan itu harus, agar tindakan tersebut tidak berdampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. Selain mengenali emosi diri, kita juga dituntut untuk mampu mengelola emosi tersebut agar kita kembali ke keadaan semula yaitu dalam keadaan yang bahagia. Selain itu, banyak lagi ilmu yang saya dapatkan di modul ini seperti kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Semua materi tersebut bertujuan untuk menciptakan hubungan yang baik dan positif dengan sesama rekan kerja, dengan murid maupun dengan masyarakat disekitar kita.

Setelah mempelajari modul 2.2 ini saya berencana untuk menerapkannya terlebih dahulu dalam lingkup kelas saya di sekolah seperti melakukan Bernafas dengan kesadaran penuh sebelum memulai pembelajaran dengan teknik STOP, kemudian juga mengintegrasikan kompetensi tersebut dalam pembelajaran saya seperti menerapkan kompetensi kesadaran sosial dalam perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan, kemudian menerapkan keterampilan berelasi pada saat melakukan refleksi ataupun memberikan umpan balik terhadap hasil kerja teman maupun penjelasan guru dengan menggunakan kata-kata yang positif dan mudah dimengerti.

JURNAL REFLEKSI MODUL 2.1

 JURNAL REFLEKSI MODUL 2.1 MEMENUHI KEBUTUHAN BELAJAR MURID MELALUI  PEMBELAJARAN DIFFERENSIASI

“Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin.”

(Ki Hajar Dewantara)

Pada modul 2.1 ini saya disuguhkan dengan hakekat pembelajaran differesiasi yang berangkat dari pemahaman bahwa murid yang kita ajar beragam baik dari segi bakat, minat, kebutuhan , gaya belajar dan kesiapan belajarnya. Seperti kutipan di atas,  seorang guru seperti “mengukir”  potensi dan kemampuan serta kebutuhan murid yang sesuai dengan kodratnya.

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.

Melakukan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Bukan. Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua permasalahan.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

 

·         Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.

·         Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.

·         Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang proses belajar mereka.

·         Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.

·         Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

Modul ini memberi pencerahan tentang bagaimana landasan teori dan  penerapan pembelajaran differensiasi yang benar. Saya merasa senang akan pemahaman bermakna dari pembelajaran differensiasi ini. Insyaallah ke depan, saya akan menerapkan pembelejaran differensiasi ini di kegiatan pembelajaran  saya dan berbagi praktik baik ke rekan sejawat sehingga menebar kebaikan bagi semua.