Monday, 13 April 2020

Corona oh Corona

Corona virus 2019 disingkat COVID-19 mulai muncul Nop 2019, di Wuhan. Waktu menonton beritanya di TV bagaimana situasi dan kondisi bergelimpangnya mayat-mayat di jalan-jalan umum, penderita yang tidak bisa ditangani, sangatlah memprihatinkan. Namun waktu itu kita bersyukur, karena Corona tidak ada di Indonesia. Indonesia bebas Corona.


 Namun tidak lama berselang, ada berita, orang Jepang di Bogor positif Corona, menari dengan Orang Indonesia, dan menularkan Corona ke ibu dan anaknya. Waktu itu mulai muncul kekhawatiran Corona bisa menyebar ke semua orang. Berita di TV waktu itu menegaskan bahwa Indonesia masih bebas Corona. Penerbangan dari luar negeri normal seperti biasanya. Lihat di berita, ada pro dan kontra tentang bebasnya "orang luar" ke Indonesia di tengah-tengah merebaknya wabah di negara-negara lain (di dunia). Dan mimpi buruk pun dimulai. Satu per satu berita dari berbagai daerah bermuncullan. Jakarta yang merupakan pusat perekonomian dan perdagangan serta pemerintahan menjadi tempat terbanyak penderita positif korona. sampai hari ini dilaporkan bahwa di Indonesia terkonfirmasi positif korona 2400-an, dan meninggal 399 orang.Sungguh angka yang mengkhawatirkan. Asalnya dari 2 jadi 2 ribu orang dalam waktu 3 bulanan. Corona datang, semua "hilang". Alloh SWT menunjukkan kuasanya dengan mahluk kecil virus yang mematikan. Para tentara tidak berdaya karena lawannya "tidak terlihat", tidak mempan ditembak. Orang kaya tidak berdaya menikmati hartanya kalau sudah tertular Corona. Jadi apa yang harus disombongkan. Pangkat, jabatan, dan harta tidak ada gunanya ketika Alloh SWT sudah memutuskan.


Pandemi corona berimbas ke berbagai bidang kehidupan di Indonesia. Baru tahun ini, saya mengalami libur sekolah sampai 3 bulan dan mungkin diperpanjang lagi ketika situasi pembelajaran tidak mendukung. Pembelajaran bisa dilakukan online, namun tetap saja adanya guru yang membimbing sangat diperlukan supaya pembelajaran bisa efektif. Anak-anak juga banyak yang mengeluhkan bosan di rumah, b elajar hanya sebatas melaksanakan tugas, bahkan ada yang mengeluhkan banyaknya tugas. memang tahun ini tahun yang "spesial". Liburan yang tidak biasa. Biasanya anak-anak kalau lagi sekolah sering menandai di kalender kapan tanggal merah, kapan liburan. Namun sekarang semuanya "merah"dan tidak merasakan liburan karena tidak bisa jalan-jalan, just stay at home. Saya pribadi sangat kurang beruntung dengan adanya corona ini. Pada semester ini, waktunya saya uji coba penelitian di sekolah. Saya berencana tahun ini bisa menyelesaikan studi S3 di UPI. Mungkin kalau dibilang, saya sedang semangat-semangatnya mengerjakan Disertasi. Namun apa daya, manusia hanya berencana, Alloh yang menentukan. Sekolah libur, orang-orang di lockdown, ke kampus juga lockdown. Manabisa uji coba untuk penelitian. Terbayang, kalau corona pergi, semester baru di ambang pintu. Pembayaran SPP juga menanti. Ditambah keuangan untuk sehari-hari semakin seret karena pelanggan yang biasa fotokopi jarang yang datang. Hal ini juga berlaku untuk semua profesi. Pegawai pabrik banyak yang dirumahkan, pedagang sepi orderan, tukang Sound system banyak yang nganggur karena yang hajatan banyak yang dicancel, dll.

 Di balik semua itu, saya yakin selalu ada hikmah di balik musibah ini. Dan Alloh SWT sebaik-baiknya perencana. Saya bersyukur masih bisa makan sehari-hari. Ada yang lebih terpuruk di sekitar akibat imbas pandemi corona. Mungkin ini saat yang tepat untuk lebih mendekatkan diri pada-Nya. Kita terlalu memikirkan dunia. Mungkin ini teguran dari yang diatas. Muhasabah diri.Kita diajak merasakan bagaimana saudara-saudara kita, muslim di Palestina , muslim Uighur yang di "lockdown" bertahun-tahun. Sulit keluar rumah, sulit untuk beribadah, beribadah dengan kongkangan senjat, nyawa seperti tidak berharga. Mereka mengalami hal tersebut bertahun-tahun. Kita baru beberapa bulan sudah sangat tersiksa. Kita harus banyak beristigfar dan lebih mendekatkan diri pada-Nya. Kita isi aktivitas "stay at home" dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, bukan hanya nyuci, setrika, masak dan rebahan saja.


 Semoga Corona ini segera pergi dari negeri ini dengan datangnya bulan Suci Ramadhan tanggal 24 April 2020. Dan mudah-mudahan menyisakan orang-orang yang lebih tawadhu dan mendekakan diri pada-Nya.